"Sesudah
itu Yusuf dari Arimatea – ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut
kepada orang-orang Yahudi – meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan
menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu
datanglah ia dan menurunkan mayat itu.
Juga
Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada
Yesus. Ia
membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati
beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan
membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan
mayat. Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman
itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.
Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh
letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ".
Sabtu
Suci berasal dari bahasa latin Sabbatum Sanctum. Hari Sabtu Suci memperingati
Yesus Kristus dibaringkan dalam kubur setelah mati di kayu salib.
Gereja mengalami keheningan total (silentium magnum), karena berada dalam
makam Yesus. Secara liturgi gereja yang dimaksudkan dengan sabtu suci yakni
periode waktu dari Jumat malam sampai Sabtu menjelang misa malam Paskah (hari
dalam istilah liturgi berbeda dengan hari seperti yang kita sebut
sehari-hari). Penantian akan kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut pada
hari sabtu suci dilakukan dengan doa dan puasa dalam permenungan yang
dalam. Berdasarkan liturgi gereja pada hari Sabtu Suci dilarang
mengadakan Perayaan Ekaristi. Komuni kudus hanya diberikan untuk bekal suci
(viatikum). Dilarang merayakan Sakramen Perkawinan maupun Sakramen-sakramen
lainnya, kecuali Sakramen Rekonsiliasi/Tobat dan Pengurapan Orang Sakit. Umat
diharuskan mengadakan upacara sabda atau devosi yang sesuai dengan misteri yang
dirayakan pada hari tersebut (Kristus wafat!).
Ketenangan
dan kedamaian mewarnai hari ini karena juga melambangkan hari istirahat Allah
(Sabat). Itulah hari dimana kita mengenang kegelapan makam. Yesus masuk ke
tempat penantian dan mengalami kematian seperti semua orang. Dengannya Ia mau
merangkul juga peristiwa misterius ini dan memasukkannya dalam peristiwa
keselamatan. Sabtu suci memberikan kesempatan kepada manusia untuk merenungkan
silih dan salah kepada Allah. Suasana tenang tersebut adalah renungan iman umat
yang sudah tercerai berai karena dosa mulai diperbaharui dan mengalami terang.
Waktu penantian ini terbalaskan dengan kebangkitan Yesus atau Paskah pada hari
esoknya.
Seringkali
dalam tindakan kita sering kali salah mengartikan makna dari Sabtu suci yang
merupakan sabtu sunyi/sepi, Mengapa?. Kita disibukan dengan hingar bingar
persiapan Paskah, pada akhirnya kita tidak mempunyai kesempatan untuk merenung.
Seyogiamya sabtu suci memberikan kesempatan bagi kita merenung memahami situasi
sedih dan duka sehingga bernilai. Kita seringkali menutupi rasa sedih dan duka
dan hanya berkosentrasi pada sorak sorai, bila kita menghadapi kesedihan itu
secara serius dapat dipastikan kita memperoleh kebijaksanaan hidup. Sabtu
Suci menunjukkan bahwa dalam diam pun, ada kekuatan yang besar, ialah kekuatan
untuk mencinta, untuk berharap dan untuk tetap percaya. Iman kita jelas: kalau
Allah sudah turun ke dunia orang mati, maka dalam kematian pun kita tidak sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar