SAY

SELAMAT DATANG DI PAROKI ST.MARIA IMMACULATA MATARAM, JL. PEJANGGIK NO. 37 MATARAM, LOMBOK, NTB, (0370) 632092
“DIPANGGIL MENJADI PEMIMPIN PASTORAL YANG SOLIDER DALAM KEHIDUPAN BERSAMA DEMI KEUTUHAN CIPTAAN”

Minggu, 27 Maret 2016

Sabtu Suci




"Sesudah itu Yusuf dari Arimatea – ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi – meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu. 

Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus.  Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ".

Sabtu Suci berasal dari bahasa latin Sabbatum Sanctum. Hari Sabtu Suci memperingati Yesus Kristus dibaringkan dalam kubur setelah mati di kayu salib. Gereja mengalami keheningan total (silentium magnum), karena berada dalam makam Yesus. Secara liturgi gereja yang dimaksudkan dengan sabtu suci yakni periode waktu dari Jumat malam sampai Sabtu menjelang misa malam Paskah (hari dalam istilah liturgi berbeda dengan hari seperti yang kita sebut sehari-hari). Penantian akan kebangkitan Yesus Kristus dari alam maut pada hari sabtu suci dilakukan dengan doa dan puasa dalam permenungan yang dalam. Berdasarkan liturgi gereja pada hari Sabtu Suci  dilarang mengadakan Perayaan Ekaristi. Komuni kudus hanya diberikan untuk bekal suci (viatikum). Dilarang merayakan Sakramen Perkawinan maupun Sakramen-sakramen lainnya, kecuali Sakramen Rekonsiliasi/Tobat dan Pengurapan Orang Sakit. Umat diharuskan mengadakan upacara sabda atau devosi yang sesuai dengan misteri yang dirayakan pada hari tersebut (Kristus wafat!).

Ketenangan dan kedamaian mewarnai hari ini karena juga melambangkan hari istirahat Allah (Sabat). Itulah hari dimana kita mengenang kegelapan makam. Yesus masuk ke tempat penantian dan mengalami kematian seperti semua orang. Dengannya Ia mau merangkul juga peristiwa misterius ini dan memasukkannya dalam peristiwa keselamatan. Sabtu suci memberikan kesempatan kepada manusia untuk merenungkan silih dan salah kepada Allah. Suasana tenang tersebut adalah renungan iman umat yang sudah tercerai berai karena dosa mulai diperbaharui dan mengalami terang. Waktu penantian ini terbalaskan dengan kebangkitan Yesus atau Paskah pada hari esoknya.  

Seringkali dalam tindakan kita sering kali salah mengartikan makna dari Sabtu suci yang merupakan sabtu sunyi/sepi, Mengapa?. Kita disibukan dengan hingar bingar persiapan Paskah, pada akhirnya kita tidak mempunyai kesempatan untuk merenung. Seyogiamya sabtu suci memberikan kesempatan bagi kita merenung memahami situasi sedih dan duka sehingga bernilai. Kita seringkali menutupi rasa sedih dan duka dan hanya berkosentrasi pada sorak sorai, bila kita menghadapi kesedihan itu secara serius dapat dipastikan kita memperoleh kebijaksanaan hidup. Sabtu Suci menunjukkan bahwa dalam diam pun, ada kekuatan yang besar, ialah kekuatan untuk mencinta, untuk berharap dan untuk tetap percaya. Iman kita jelas: kalau Allah sudah turun ke dunia orang mati, maka dalam kematian pun kita tidak sendirian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar