SAY

SELAMAT DATANG DI PAROKI ST.MARIA IMMACULATA MATARAM, JL. PEJANGGIK NO. 37 MATARAM, LOMBOK, NTB, (0370) 632092
“DIPANGGIL MENJADI PEMIMPIN PASTORAL YANG SOLIDER DALAM KEHIDUPAN BERSAMA DEMI KEUTUHAN CIPTAAN”

Senin, 05 Maret 2018

TOBAT ADALAH KETAATAN

Image result for tobat katolikAda kecenderungan orang ingin langsung menikmati hasil akhir, tanpa susah. Ini berlaku dalam dunia kerja, dunia usaha, dan bahkan juga dalam karya-karya kerasulan. Namun bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini mengajarkan kepada kita tentang hal-hal yang harus dilalui sebelum kita dapat mengharapkan buah dari apa yang kita lakukan. Pertama, kita perlu mengakui kelemahan dan dosa-dosa kita. Kedua, kita dengan taat mengikuti kehendak dan perintah Tuhan. Baru selanjutnya, kita dapat berharap bahwa Tuhan akan mendatangkan buah dari apa yang kita lakukan, tentu dalam bantuan rahmat-Nya.
Pertama, sabda Tuhan mengajarkan kita agar kita bersedia mengakui kelemahan dan dosa kita. Atau singkat kata: bertobat. Nabi Yesaya menjadi contoh bagi kita. Ketika dihadapkan pada kemuliaan Allah, Nabi Yesaya menyadari ketidaklayakannya, karena dosanya. “Celakalah aku…. Sebab aku ini seorang yang najis bibir…” (Yes 6:5).
Nabi Yesaya tak enggan mengakui bahwa ia telah berdosa dengan bibirnya, walaupun mungkin saja  ia tidak berdosa dengan anggota tubuhnya yang lain. Dosa yang menyangkut perkataan memang sepertinya sulit untuk dihindari, bahkan oleh seorang pelayan Tuhan sekalipun. Demikian pula, Rasul Paulus tak segan menyatakan pertobatannya. Sebab sebelum menjadi rasul, Paulus— dulunya disebut Saulus—oleh karena ketidaktahuannya, bahkan telah menganiaya umat Kristen. Namun Kristus sendiri membuat Paulus bertobat dan memilihnya menjadi rasul.  Di awal tugasnya mewartakan Injil Tuhan, Rasul Paulus, tidak malu mengakui kesalahannya itu, “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, dan tak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah…” (1Kor 15:9). Juga, di Bacaan Injil, dikisahkan bahwa setelah menyaksikan karya Tuhan yang mulia, Rasul Petrus juga secara terus terang mengakui ketidaklayakannya, yaitu bahwa ia adalah orang berdosa (lih. Luk 5:8). Karena pada awalnya ia kurang percaya, dan bahkan mungkin sedikit sombong dan menganggap diri berpengalaman sebagai nelayan. Dari ketiga tokoh ini, mari kita belajar kerendahan hati. Sebab Allah menghendaki kita menyadari bahwa Ia memilih dan mengutus kita, bukan karena kehebatan kita, namun karena belas kasih-Nya. Karena itu, Allah berkenan pada kita, jika kita menyadari keterbatasan dan kelemahan kita, namun kita mau mengandalkan kemurahan hati-Nya. Maka kuncinya adalah, mengandalkan Tuhan dan berpegang padaNya. Ini menghantar kita ke langkah berikutnya, yang berkaitan erat dengan pertobatan, yaitu: ketaatan.
Kedua, sabda Allah mengajarkan kita untuk bersedia menaati perintah-Nya. Pada Nabi Yesaya, ini nampak dari kesediaannya menuruti perintah Allah untuk menerima bara api yang disentuhkan ke mulutnya untuk menguduskan dia (lih. Yes 6:7). Para Bapa Gereja mengartikan bara api ini sebagai gambaran akan Yesus dalam sakramen. St. Petrus Krisologus mengatakan tentang hal ini demikian, “Biarlah saat ini kita merasa menyesal karena kasih, di hati kita. Marilah kita menerima bahwa kita berdosa dalam tubuh yang malang ini. [Maksudnya adalah, kodrat manusia yang memiliki kecondongan terhadap dosa]. Marilah kita menangis dengan keluhan yang kudus, sebab kita pun, memiliki bibir yang berdosa. Mari kita lakukan ini, supaya seorang malaikat datang kepada kita, dengan sepit yang membawa rahmat, sebuah sakramen iman yang berkobar diambil bagi kita dari altar surgawi. Marilah melakukan ini untuk membuatnya menyentuh bibir kita untuk menghapus kesalahan-kesalahan kita, memurnikan kita dari dosa dan menyalakan mulut kita dengan kobaran sempurna dari pujian [kepada Allah] yang sepenuhnya. Sehingga nyala ini menghasilkan penyelamatan dan bukan kesakitan. Mari kita mohon juga, supaya panas bara itu menembus sampai ke hati kita…” (St. Peter Chrysologus, Sermon 57). Nabi Yesaya memberi teladan ketaatan untuk menerima cara yang dipilih Allah untuk memurnikan kita. Maukah kita menerima “bara” sakramen-sakramen Gereja, agar Allah dapat menguduskan dan mengobarkan kita?
Di Bacaan Kedua, ketaatan Rasul Paulus ditunjukkannya dengan bekerjasama dengan kasih karunia Allah yang telah diberikanNya kepadanya (lih. 1Kor 15:10). Kerja keras Rasul Paulus menjadi teladan bagi jemaat. Ia mengajarkan apa yang telah ia imani dan lakukan terlebih dahulu.  Rasul Paulus menjadi contoh bagi kita untuk berpegang teguh pada Injil. Yaitu teguh mengimani dan mewartakan bahwa Kristus telah wafat karena dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci. Dan bahwa Ia telah dimakamkan, bangkit dan menampakkan diri kepada para murid-Nya (lih. 1Kor 15:1-8), sebagai bukti bahwa Ia telah mengalahkan kuasa maut. Dengan demikian, kita yang percaya kepada-Nya memperoleh keselamatan dan hidup yang kekal. Betapa layak kita memuliakan Tuhan untuk karya-Nya di dalam diri Kristus Putera-Nya! Sebab bukankah demikian juga yang kita nyanyikan dalam Mazmur hari ini, yaitu bahwa nama Tuhan itulah yang hendak kita wartakan, yang kita muliakan. Sebab Ia telah mengulurkan tangan kanan-Nya dan menyelamatkan kita (lih. Mzm 138:7).
Injil hari ini menyampaikan bahwa Rasul Petrus pun taat kepada Yesus. Ia taat pada perkataan Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jalanya, walaupun waktu itu bukan saat yang umum untuk menjala ikan. Ketaatan Petrus ini membuahkan hasil baginya dan teman-temannya, yaitu begitu banyaknya ikan yang dapat mereka tangkap (Luk 5:1-7). Selanjutnya, ketika Yesus memanggil mereka untuk menjadi penjala manusia, merekapun taat dan mengikuti Yesus.
Demikianlah, point ketiga yang kita lihat di sini adalah jika kita mau merendahkan diri untuk bertobat, taat dan mengandalkan kasih karunia Allah, maka Tuhan akan memampukan kita menunaikan tugas yang dipercayakan kepada kita dan memberikan buah yang limpah. Pada Nabi Yesaya, kasih karunia Tuhan dan ketaatannya membuatnya mampu menanggapi panggilan perutusan Tuhan, “Inilah aku, utuslah aku!” (Yes 6:8) Demikian pula, Tuhan memampukan Rasul Paulus untuk mewartakan Injil, dan kasih karunia-Nya mendatangkan hasil yang tidak sia-sia (1Kor 15:10). Juga, Tuhan memampukan Rasul Petrus, sehingga ia memperoleh hasil yang limpah dari menjala ikan (Luk 5:6-9), dan kelak, saat ia bersama dengan rekan rasul lainnya, menjala manusia. Kita semua adalah buah dari pelayanan para nabi dan rasul Kristus, sebab dari merekalah kita mengenal Allah yang menyelamatkan kita melalui Putra-Nya Yesus Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Kita pun, dalam kapasitas masing-masing dipilih Tuhan untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan dari Allah. Agar kita tidak memusatkan diri semata pada  buah-buah materi di dunia ini, tetapi juga pada buah-buah rohani yang dapat menghantar kita dan sesama pada kehidupan kekal.
Sungguh, apapun panggilan hidup kita, sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengikuti jejak Nabi Yesaya, Rasul Petrus dan Paulus. Mari kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, bertobat, taat pada perintah-Nya dan mengandalkan kerahiman-Nya. Agar dengan demikian, Tuhan memampukan kita melakukan tugas-tugas yang dipercayakan kepada kita dan mendatangkan buah yang limpah seturut kehendak-Nya. Semoga Tuhan memberi kita hikmat kebijaksanaan, agar kita tidak membatasi diri pada kehendak dan rencana diri sendiri namun pada kehendak dan rencana Tuhan. Agar Tuhan dapat berkarya melalui kita, untuk turut mendatangkan buah keselamatan bagi banyak orang.
Tuhan Yesus, kasihani dan ampunilah aku dari segala dosaku. Bantulah aku untuk menaati perintah-Mu hari ini. Topanglah dan mampukanlah aku untuk melakukan apa yang baik dan menghasilkan buah bagi kemuliaan nama-Mu. Amin.”

(http://www.katolisitas.org/1-tobat-2-taat-3-berbuah-untuk-tuhan/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar