Drama Jalan Salib
Drama mengenangkan
kisah sengsara Yesus Kristus tersaji apik di pentas altar gereja katolik Maria
Immaculata Mataram hari Jumat pagi. Kisah lama yang masih faktual, kisah sarat
kasih yang tak berbatas, buah janji keselamatan Allah. Kisah perjalanan yang berawal dari taman
Gesemani itu diperankan dengan sungguh-sungguh oleh OMK St. Paulus
Mataram. Berbeda dengan suasana Kamis
Putih kemarin yang bernuansa putih, Jumat pagi ini nuansa yang dominan adalah
hitam dan ungu.
“kami menyiapkan ini dengan serius, memang
ada beberapa perbaikan dan tambahan adegan, artinya tambah orang. Namun syukurlah adik-adik OMK ini serius
dalam latihan, sehingga mereka berhasil”.
Ruang gereja ditata sedemikian
rupa sehingga memungkinkan adegan-adegan mirip film “Peison of tha Christ” nya
Mel Gibson itu. Sungguh tersaji lengkap
dengan adegan penyiksaan dan tidak ketinggalan darah-darah, tentunya sebatas
akting. Via de larosa mengitari gereja
sesuai dengan perhentian dan diengkapi dengan sound efect sungguh sebuah persembahan yang membawa umat masuk
dalam suasana.
Kerja keras OMK ini melibatkan
sedikitnya 80 personelnya. Pemeran Yesus
dalam drama ini adalah Falen, dengan baik memerankan adegan per adegan dengan
baik. Para tentara Romawi yang bengis
pun dapat dirasakan dan dilihat hadir diruang-ruang gereja. Hati teriris, isak harus tak
terhindarkan. Wanita-wanita pemeran
Maria, Veronika dan perempuan lainnya mengantar umat pada nuansa ketakutan dan
mencekamnya peristiwa 2000 tahun lalu itu.
Turut hadir dan
menyaksikan drama ini adalah Rm. Yohanes Ariana, Pr, Rm. Eligius, Pr para
suster. Diperkirakan umat yang memenuhi
gereja sekitar 700 orang. Ini agak
berkurang oleh karena setting ruang dalam gereja dengan posisi kursi yang
kurang memungkinkan untuk umat. Yang
istimewa adalah banyak terlihat anak-anak SEKAMI baik yang nonton atau terlibat
langsung dalam drama. Sungguh suatu
kerja lintas kategorial yang cantik.
Pada sisi lain terlihat tim kerja yang membuat video, dibawah koordinasi
sdr. Bowo dan sdr.Bona serta tim nya, menunjukkan kaum muda katolik yang seriu
dalam karya.
Sampailah pada adegan puncak,
penyaliban Yesus, efek suara yang ditata seram, juga latar panggung yang
berganti perbukitan Golgota, ditambah lagi dengan penyaliban ke dua penyamun
dengan teriakan-teriakan “salibkan Dia!”, semakin larutkan umat dalam warna
“ungu” nya para rasul dan kaum wanita saat dulu. Dan salib Yesus pun di naikan tinggi, di
tengah diantara penyamun, ditengah diantra perampok dan penjahat, walau Dia
bukan penjahat. Sebuah paradoks kisah
manusia tersaji, sang penyelamat terpanggang di salib. Olok-olok, hinaan belum cukup menusuk hingga
kepastian mata tombak menembus sukma suci, hadirkan air bercampur darah dari
lambung kudus.
Menurut Bpk.Anis, seorang pengatur
adegan dan peran, “kami menyiapkan ini dengan serius, memang ada beberapa
perbaikan dan tambahan adegan, artinya tambah orang. Namun syukurlah adik-adik OMK ini serius
dalam latihan, sehingga mereka berhasil”.
Sementara dari hasil pengamatan selama drama, umat mengikuti dengan
penuh khikmad, tiada candaan, tawa atau ngobrol. Berdasarkan keterangan dari seorang umat yang
tidak mau disebutkan namanya, “ini sangat bagus, saya terharu, walau di film
sudah sering saya saksikan, namun ini seakan saya sendiri hadir dan ada di
dalam jalan salib itu sendiri. Dan salut
buat OMK, semoga mereka selalu sukses di masa depan”.
Kesan dan pesan yang dapat
diambil oleh umat sebagian besar adalah sangat bagus. Mereka bersyukur dapat ikut bersyukur dan
merasakan suasana yang lahir dari drama.
Bahkan dengan masih terharu, kelompok ibu-ibu hanya bisa menunjukkan
jempolnya tanda puas. “kami sangat
senang dan haru, syukur dan gembira, semua campur aduk, selamat yah OMK st.
Paulus, sukses kalian” Demikain pendapat umat.
Proficiat OMK St. Paulus Mataram. (KOMSOS Mtr).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar