SAY

SELAMAT DATANG DI PAROKI ST.MARIA IMMACULATA MATARAM, JL. PEJANGGIK NO. 37 MATARAM, LOMBOK, NTB, (0370) 632092
“DIPANGGIL MENJADI PEMIMPIN PASTORAL YANG SOLIDER DALAM KEHIDUPAN BERSAMA DEMI KEUTUHAN CIPTAAN”

Kamis, 13 April 2017



Bagi Yesus, apa yang dilakukan-Nya itu justru tanda kebesaran seorang sahabat yang melayani. Yesus pernah mengatakan kalau ada yang mau menjadi yang terbesar, ia justru melakukan tindakan pelayanan seorang hamba. Yesus telah memberi teladan yang luar biasa. Ia yang seharusnya dihormati, justru mau melayani sebagai seorang hamba yang hina dan rendah.



Kamis Putih di Gereja Mataram berlangsung khidmat, di awali prosesi dan arak-arakan memasuki altar yang putih bersih, warna putih sangat dominan
.  suasana perjamuanlah yang sesungguhnya dihadirkan.
Lingkungan St. Dominikus Cakra Utara memberikan pelayanan dengan paduan suara yang mendayu-dayu menyirami perjalanan liturgi ke tahta singgasana perjamuan  suci. 
Rm. Elie memberikan pesan perjamuan untuk umat selalu mengambil bagian mengenang Tuhan dengan perjamuan sebagai sebuah keluarga.  Meneladani Yesus dengan bukan mencari kebesaran diri, lebih jauh Rm. Elie menyampaikan 15 langkah dalam menjadi pribadi yang baik.
Umat yang menghadiri misa diperkirakan mencapai 2 juta orang, sehingga memerlukan terop dengan layar besar untuk membantu visual di luar gereja.
 
Pada Kamis malam itu, di tengah gejolak perasaan-Nya, Yesus justru menunjukkan teladan persahabatan dan pelayanan. Ia Sang Guru, pemimpin mereka, yang perlu dihormati dan dikagumi, tidak berucap ribuan kata-kata tentang bersahabat dan melayani, yang hanya akan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Tetapi, dengan cara yang amat mengejutkan, Yesus tiba-tiba mengerjakan tugas seorang hamba, seorang budak, dengan membasuh kaki murid-murid-Nya.

Bagi Yesus, apa yang dilakukan-Nya itu justru tanda kebesaran seorang sahabat yang melayani. Yesus pernah mengatakan kalau ada yang mau menjadi yang terbesar, ia justru melakukan tindakan pelayanan seorang hamba. Yesus telah memberi teladan yang luar biasa. Ia yang seharusnya dihormati, justru mau melayani sebagai seorang hamba yang hina dan rendah.

Kalau hari ini kita mengikuti apa yang Yesus katakan, untuk melakukan apa yang telah diteladankan-Nya, itu bukan berarti kita sekedar mengikuti acara pembasuhan kaki. Tetapi, baiklah kita belajar maksud Yesus melaksanakan pembasuhan kaki itu. Yaitu belajar merendahkan diri, menjadi sahabat dan hamba, yang siap merasakan penderitaan, tekanan, makian, penghianatan, penyangkalan para tuannya, seperti yang dialami Yesus.  Marilah kita melihat peristiwa ini sebagai sebuah ajakan bagi kita untuk saling merendahkan diri.






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar