SAY

SELAMAT DATANG DI PAROKI ST.MARIA IMMACULATA MATARAM, JL. PEJANGGIK NO. 37 MATARAM, LOMBOK, NTB, (0370) 632092
“DIPANGGIL MENJADI PEMIMPIN PASTORAL YANG SOLIDER DALAM KEHIDUPAN BERSAMA DEMI KEUTUHAN CIPTAAN”

Selasa, 03 Maret 2015

Rabu Abu

Berpantang dan Berpuasa, Berdoa dan Berderma


Berpantang dan Berpuasa, Berdoa dan Berderma

 
Saudara-saudari umat beriman terkasih,
 
Setiap masa Prapaskah tiba, kita diajak oleh Gereja untuk memaknai dua hal pokok ini, pertama menyiapkan para calon baptis dan bagi yang sudah dibaptis untuk mengenangkan pembaptisan yang telah diterima; kedua untuk membina semangat tobat, mendengarkan Sabda Allah dan berdoa sehingga kita siap merayakan Misteri Paskah. Selama masa Prapaskah itu kita diwajibkan untuk berpantang dan berpuasa, berdoa dan berderma. Puasa dan pantang yang disyaratkan oleh Gereja Katolik sebenarnya tidaklah berat secara fisik namun secara batiniah perlu perjuangan berat dan sungguh-sungguh. Bagi kita orang Katolik, puasa dan pantang artinya adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda kita mempersatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib. Nabi Yesaya mengingatkan tentang Jiwa dan makna puasa yang dikehendaki oleh Allah: “Berpuasa yang Ku kehendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya, supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar membawa ke rumahmu orang miskin yang tidak punya rumah” (Yes. 58, 6-7). Masa puasa Gereja Katolik selama 40 hari karena kita mengikuti teladan Yesus, yang berpuasa selama 40 hari 40 malam, sebelum memulai tugas karya penyelamatan-Nya (lih. Mat 4: 1-11; Luk 4:1-13). Yesus berpuasa di padang gurun dan pada saat berpuasa itu, Ia digoda oleh Iblis. Yesus mengalahkan godaan tersebut dengan bersandar pada Sabda Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci. Maka, kitapun hendaknya bersandar pada Sabda Tuhan untuk mengalahkan godaan pada saat kita berpuasa.
 
Saudara-saudari terkasih,
 
Puasa dan pantang
 
Puasa dan pantang dalam tradisi Gereja Katolik tidak terlepas dari hidup doa dan berderma dalam gerakan APP aksi solidaritas kemanusiaan. Pantang dan puasa bagi kita orang Katolik merupakan latihan rohani yang mendekatkan diri pada Tuhan dan sesama yang miskin. Tujuan utama puasa dan pantang adalah mengambilbagian dalam kehidupan Yesus: solider dengan sesama yang miskin, berkorban disalibkan dan wafat untuk kita.
 
Menurut ketentuan Kitab Hukum Gereja Katolik:
 
Kan. 1249 : “Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon berikut”.
 
Kan. 1250: “Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun dan juga masa Prapaskah”.
 
Kan. 1251: “Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus”.
 
Kan. 1252: “Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati”.
 
Kan. 1253: “Konferensi para Uskup dapat menentukan dengan lebih rinci pelaksanaan puasa dan pantang; dan juga dapat menggantikan seluruhnya atau sebagian wajib puasa dan pantang itu dengan bentuk-bentuk tobat lain, terutama dengan karya amal-kasih serta latihan-latihan rohani”.
 
Ketentuan KWI:
 
1. Hari Puasa dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Hari Pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan tujuh Jumat selama Masa Prapaska sampai dengan Jumat Agung.
 
2. Wajib berpuasa semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke 60. Wajib berpantang semua orang Katolik yang berusia genap 14 tahun ke atas.
 
3. Puasa berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang berarti tidak makan apa yang kita sukai atau tidak melakukan apa yang tidak baik dalam diri saya. Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya.
 
Penerapan peraturan Pantang dan Puasa:
 
1. Kita berpantang setiap hari Jumat sepanjang tahun kecuali jika hari Jumat itu jatuh pada hari raya, seperti dalam oktaf masa Natal dan oktaf masa Paskah. Penetapan pantang setiap Jumat ini adalah karena Gereja menentukan hari Jumat sepanjang tahun (kecuali yang jatuh di hari raya) adalah hari tobat. Namun, jika kita mau melakukan yang lebih, silakan berpantang, setiap hari selama Masa Prapaska. 
 
2. Jika kita berpantang, pilihlah makanan/minuman yang paling kita sukai. Pantang daging atau yang lebih sukar mungkin pantang garam. Tapi ini bisa juga berarti pantang minum kopi bagi orang yang suka sekali kopi dan pantang sambal bagi mereka yang sangat suka sambal, pantang rokok bagi mereka yang merokok, pantang jajan bagi mereka yang suka jajan, pantang minuman beralkohol.
 
3. Pantang tidak terbatas hanya makanan, namun pantang makanan dapat dianggap sebagai hal yang paling mendasar dan dapat dilakukan oleh semua orang. Namun jika satu dan lain hal tidak dapat dilakukan, terdapat pilihan lain, seperti pantang kebiasaan yang paling mengikat, seperti pantang nonton TV, pantang berbelanja, pantang gossip, pantang malas dan sebagainya. 
 
4. Puasa minimal dalam setahun adalah hari Rabu Abu dan Jumat Agung, namun bagi yang dapat melakukan lebih, silakan juga berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaskah atau bahkan setiap hari dalam masa Prapaskah.
 
5. Waktu berpuasa, kita makan kenyang satu kali (pagi/siang/malam). Harap dibedakan makan kenyang dengan makan sekenyang-kenyangnya. Karena maksud berpantang juga adalah untuk melatih pengendalian diri, maka jika kita berbuka puasa/pada saat makan kenyang, kita juga tetap makan seperti biasa, tidak berlebihan. Tolok ukurnya adalah pengendalian diri dan keinginan untuk turut merasakan penderitaan Yesus, dan pengorbanan-Nya di kayu salib demi keselamatan dunia.
 
6. Maka pada saat kita berpuasa, kita dapat mendoakan untuk pertobatan seseorang atau mohon pengampunan atas dosa kita. Di sela-sela kesibukan sehari-hari kita dapat mengucapkan doa sederhana, “Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku mengasihi-Mu, Tuhan Yesus. Mohon selamatkanlah …..”(sebutkan nama orang yang kita kasihi)
 
7. Karena yang ditetapkan di sini adalah syarat minimal, maka kita sendiri boleh menambahkannya sesuai dengan kekuatan kita. Jadi boleh saja kita berpuasa dari pagi sampai siang, atau sampai sore, atau bagi yang memang dapat melakukannya, sampai satu hari penuh. Juga tidak menjadi masalah, puasa sama sekali tidak makan dan minum atau minum sedikit air. Diperlukan kebijaksanaan sendiri untuk memutuskan hal ini, yaitu seberapa banyak kita mau menyatakan kasih kita kepada Yesus dengan berpuasa, dan seberapa jauh itu memungkinkan dengan kondisi tubuh kita. Walaupun tentu, jika kita terlalu banyak memaafkan diri sendiri, berarti kita perlu mempertanyakan kembali, sejauh mana kita mengasihi Yesus dan mau sedikit berkorban demi keselamatan dunia.
 
Saudara-saudari terkasih,
 
Derma APP
 
Dalam masa Prapaskah ini, selain berpantang, berpuasa, dan berdoa kita juga melakukan derma dengan Aksi Puasa Pembangunan (APP). Gerakan APP adalah proses gerakan tobat Gereja Katolik untuk menemukan dan menegaskan kembali arah dan kehendak Allah dalam pembangunan hidup manusia. Sikap tobat yang dibangun dalam masa prapaskah tidak hanya bersifat batiniah dan individual, tapi bersifat lahiriah dan berdampak secara signifikan bagi sesama. Gagasan dasar pencetus APP, Pastor C. Carri, SJ 1970 adalah menjembatani jurang antara orang kaya dan miskin melalui aksi solidaritas kemanusiaan.
 
Tema Gerakan APP Nasional tahun 2015 adalah Pola Hidup Sehat dan Berkecukupan. Keuskupan Denpasar menambahkan dengan kalimat: Memancarkan wajah Kristus melalui pola hidup sehat dan berkecukupan. Hidup sejahtera berarti hidup dalam kebenaran damai dan sukacita. Itulah nilai fundamental Kerajaan Allah suatu realitas hidup yang konkrit melalui tindakan preferensi pada yang kurang beruntung dan malang (bdk. Lukas 4:18-19).
 
Sorotan utama dari Gerakan APP 2015 adalah pembangunan masyarakat yang manusiawi berkeadlan kebenaran, kejujuran dan kasih (bdk. GS, 14). Pola hidup sehat berarti melakukan kegiatan olah rohani dan jasmani yang teratur, terus menerus dan seimbang, dalam mencapai pemenuhan kebutuhan  mendasar hidup manusia. Kesehatan dimengerti sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan manusia hidup produktif dan kreatif. Mari kita menghargai tubuh kita sebagai wahan untuk membangun hubungan dengan sesama, dengan Allah dan alam semesta demi terwujudnya kesejahteraan bersama. Marilah kita hidup berperilaku manusiawi, keadilan, kebenaran, kejujuran, kasih dengan menjaga memelihara dan membangun lingkungan hidup yang baik dan berkelanjutan. Marilah kita bertanggungjawab atas keutuhan hidup sebagai citra Allah dengan saling hidup berbagi satu dengan yang lain (bdk. Gerakan APP Nasional 2015).
 
Amanat bagi kita
 
Mari kita mengisi masa Prapaskah 2015 (masa puasa Gereja) dengan melakukan pantang dan puasa, berdoa dan berderma dengan melakukan sesuatu yang baik dan konsisten. Misalnya bangun lebih pagi setiap hari untuk berdoa, merenungkan Sabda Tuhan. Menyisihkan rejeki dari Tuhan dan memberi untuk sesama yang miskin dalam gerakan APP 2015 (kotak APP). Mengikuti Misa dan menyambut Kristus dalam Ekaristi, meluangkan waktu untuk doa Adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus di Gereja. Mengikuti Ibadat jalan Salib di Gereja atau berdoa rosario di rumah jika berhalangan mengikuti jalan salib. Dengan merenungkan sengsara Tuhan Yesus, maka kita diajak untuk lebih peka terhadap sesama yang kurang beruntung. Akhirnya jika kita sungguh ingin bertumbuh di dalam iman mulailah dengan perbuatan berskala kecil dan sederhana namun memiliki dampak besar karena dengan kasih yang besar.
 
Selamat memasuki Masa Prapaskah 2015, Tuhan memberkati
 
Pastor D. Gusti Bagus Kusumawanta
Pastor Paroki St Maria Ratu Rosari Gianyar
 
Bahan: www.katolisitas.org; Gerakan APP Nasional 2015; Bahan pendalaman iman Masa Prapaskah 2015.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar