Pertama, sabda Tuhan mengajarkan kita agar kita bersedia mengakui
kelemahan dan dosa kita. Atau singkat kata: bertobat. Nabi Yesaya menjadi
contoh bagi kita. Ketika dihadapkan pada kemuliaan Allah, Nabi Yesaya menyadari
ketidaklayakannya, karena dosanya. “Celakalah aku…. Sebab aku ini seorang yang
najis bibir…” (Yes 6:5).
Nabi Yesaya tak enggan mengakui bahwa ia telah berdosa
dengan bibirnya, walaupun mungkin saja ia tidak berdosa dengan anggota
tubuhnya yang lain. Dosa yang menyangkut perkataan memang sepertinya sulit
untuk dihindari, bahkan oleh seorang pelayan Tuhan sekalipun. Demikian pula,
Rasul Paulus tak segan menyatakan pertobatannya. Sebab sebelum menjadi rasul,
Paulus— dulunya disebut Saulus—oleh karena ketidaktahuannya, bahkan telah
menganiaya umat Kristen. Namun Kristus sendiri membuat Paulus bertobat dan
memilihnya menjadi rasul. Di awal tugasnya mewartakan Injil Tuhan, Rasul
Paulus, tidak malu mengakui kesalahannya itu, “Karena aku adalah yang paling
hina dari semua rasul, dan tak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya
Jemaat Allah…” (1Kor 15:9). Juga, di Bacaan Injil, dikisahkan bahwa setelah
menyaksikan karya Tuhan yang mulia, Rasul Petrus juga secara terus terang
mengakui ketidaklayakannya, yaitu bahwa ia adalah orang berdosa (lih. Luk 5:8).
Karena pada awalnya ia kurang percaya, dan bahkan mungkin sedikit sombong dan
menganggap diri berpengalaman sebagai nelayan. Dari ketiga tokoh ini, mari kita
belajar kerendahan hati. Sebab Allah menghendaki kita menyadari bahwa Ia
memilih dan mengutus kita, bukan karena kehebatan kita, namun karena belas
kasih-Nya. Karena itu, Allah berkenan pada kita, jika kita menyadari
keterbatasan dan kelemahan kita, namun kita mau mengandalkan kemurahan
hati-Nya. Maka kuncinya adalah, mengandalkan Tuhan dan berpegang padaNya. Ini
menghantar kita ke langkah berikutnya, yang berkaitan erat dengan pertobatan,
yaitu: ketaatan.
Kedua, sabda Allah mengajarkan kita untuk bersedia menaati
perintah-Nya. Pada Nabi Yesaya, ini nampak dari kesediaannya menuruti perintah
Allah untuk menerima bara api yang disentuhkan ke mulutnya untuk menguduskan
dia (lih. Yes 6:7). Para Bapa Gereja mengartikan bara api ini sebagai gambaran
akan Yesus dalam sakramen. St. Petrus Krisologus mengatakan tentang hal ini
demikian, “Biarlah saat ini kita merasa menyesal karena kasih, di hati kita.
Marilah kita menerima bahwa kita berdosa dalam tubuh yang malang ini.
[Maksudnya adalah, kodrat manusia yang memiliki kecondongan terhadap dosa].
Marilah kita menangis dengan keluhan yang kudus, sebab kita pun, memiliki bibir
yang berdosa. Mari kita lakukan ini, supaya seorang malaikat datang kepada
kita, dengan sepit yang membawa rahmat, sebuah sakramen iman yang berkobar
diambil bagi kita dari altar surgawi. Marilah melakukan ini untuk membuatnya
menyentuh bibir kita untuk menghapus kesalahan-kesalahan kita, memurnikan kita
dari dosa dan menyalakan mulut kita dengan kobaran sempurna dari pujian [kepada
Allah] yang sepenuhnya. Sehingga nyala ini menghasilkan penyelamatan dan bukan
kesakitan. Mari kita mohon juga, supaya panas bara itu menembus sampai ke hati
kita…” (St. Peter Chrysologus, Sermon 57).
Nabi Yesaya memberi teladan ketaatan untuk menerima cara yang dipilih Allah
untuk memurnikan kita. Maukah kita menerima “bara” sakramen-sakramen Gereja,
agar Allah dapat menguduskan dan mengobarkan kita?
Di Bacaan Kedua, ketaatan Rasul Paulus ditunjukkannya dengan
bekerjasama dengan kasih karunia Allah yang telah diberikanNya kepadanya (lih.
1Kor 15:10). Kerja keras Rasul Paulus menjadi teladan bagi jemaat. Ia mengajarkan
apa yang telah ia imani dan lakukan terlebih dahulu. Rasul Paulus menjadi
contoh bagi kita untuk berpegang teguh pada Injil. Yaitu teguh mengimani dan
mewartakan bahwa Kristus telah wafat karena dosa kita, sesuai dengan Kitab
Suci. Dan bahwa Ia telah dimakamkan, bangkit dan menampakkan diri kepada para
murid-Nya (lih. 1Kor 15:1-8), sebagai bukti bahwa Ia telah mengalahkan kuasa
maut. Dengan demikian, kita yang percaya kepada-Nya memperoleh keselamatan dan
hidup yang kekal. Betapa layak kita memuliakan Tuhan untuk karya-Nya di dalam
diri Kristus Putera-Nya! Sebab bukankah demikian juga yang kita nyanyikan dalam
Mazmur hari ini, yaitu bahwa nama Tuhan itulah yang hendak kita wartakan, yang
kita muliakan. Sebab Ia telah mengulurkan tangan kanan-Nya dan menyelamatkan
kita (lih. Mzm 138:7).
Injil hari ini menyampaikan bahwa Rasul Petrus pun taat kepada
Yesus. Ia taat pada perkataan Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan
menebarkan jalanya, walaupun waktu itu bukan saat yang umum untuk menjala ikan.
Ketaatan Petrus ini membuahkan hasil baginya dan teman-temannya, yaitu begitu
banyaknya ikan yang dapat mereka tangkap (Luk 5:1-7). Selanjutnya, ketika Yesus
memanggil mereka untuk menjadi penjala manusia, merekapun taat dan mengikuti
Yesus.
Demikianlah, point ketiga yang
kita lihat di sini adalah jika kita mau merendahkan diri untuk bertobat, taat
dan mengandalkan kasih karunia Allah, maka Tuhan akan memampukan kita
menunaikan tugas yang dipercayakan kepada kita dan memberikan buah yang limpah.
Pada Nabi Yesaya, kasih karunia Tuhan dan ketaatannya membuatnya mampu
menanggapi panggilan perutusan Tuhan, “Inilah aku, utuslah aku!” (Yes 6:8)
Demikian pula, Tuhan memampukan Rasul Paulus untuk mewartakan Injil, dan kasih
karunia-Nya mendatangkan hasil yang tidak sia-sia (1Kor 15:10). Juga, Tuhan
memampukan Rasul Petrus, sehingga ia memperoleh hasil yang limpah dari menjala
ikan (Luk 5:6-9), dan kelak, saat ia bersama dengan rekan rasul lainnya,
menjala manusia. Kita semua adalah buah dari pelayanan para nabi dan rasul
Kristus, sebab dari merekalah kita mengenal Allah yang menyelamatkan kita
melalui Putra-Nya Yesus Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Kita pun, dalam kapasitas
masing-masing dipilih Tuhan untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan dari
Allah. Agar kita tidak memusatkan diri semata pada buah-buah materi di
dunia ini, tetapi juga pada buah-buah rohani yang dapat menghantar kita dan
sesama pada kehidupan kekal.
Sungguh, apapun panggilan hidup kita, sabda Tuhan hari ini
mengajak kita untuk mengikuti jejak Nabi Yesaya, Rasul Petrus dan Paulus. Mari
kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, bertobat, taat pada perintah-Nya dan
mengandalkan kerahiman-Nya. Agar dengan demikian, Tuhan memampukan kita
melakukan tugas-tugas yang dipercayakan kepada kita dan mendatangkan buah yang
limpah seturut kehendak-Nya. Semoga Tuhan memberi kita hikmat kebijaksanaan,
agar kita tidak membatasi diri pada kehendak dan rencana diri sendiri namun
pada kehendak dan rencana Tuhan. Agar Tuhan dapat berkarya melalui kita, untuk
turut mendatangkan buah keselamatan bagi banyak orang.
“Tuhan Yesus, kasihani dan ampunilah aku dari
segala dosaku. Bantulah aku untuk menaati perintah-Mu hari ini. Topanglah dan
mampukanlah aku untuk melakukan apa yang baik dan menghasilkan buah bagi
kemuliaan nama-Mu. Amin.”
(http://www.katolisitas.org/1-tobat-2-taat-3-berbuah-untuk-tuhan/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar