Misa Malam natal I
Misa malam natal I terbagi menjadi dua bagian
yakni liturgi sabda yang diawali dengan maklumat kelahiran Yesus Kristus oleh
Bp. F Subarman kemudian pemberkatan patung bayi Yesus dan kandang natal oleh Rm.
Eligius, Pr yang sekaligus mempersembahkan misa malam natal.

Pasutri Rien Asikin petugas pembawa bayi Natal sekaligus doa dan harapan orang tua kepada kanak-kanak Yesus dalam palungan.
Thema natal sebagai pokok natal dalam misa
adalah Hidup bersama sebagai keluarga Allah, mengantarkan umat katolik dalam
suatu pusaran menjadi anggota keluarga yang saling menata dan membangun hidup
bersama sebagai keluarga Allah yang bersuka cita justru dalam kehadiran beragam
dan kesederhanaan.
Hidup
bersama sebagai keluarga Allah mengandung pesan utama bahwa kita adalah satu
keluarga. Sebagai anggota keluarga, kita masing-masing mempunyai tanggungjawab
untuk menjadikan hidup bersama di bumi ini semakin baik; bukan hanya tanggung
jawab untuk keselamatan manusia, tetapi juga untuk keutuhan seluruh ciptaan.
Bagaimana mewujudkan
tanggungjawab itu dalam perutusan kita sebagai warga negara dan bangsa
Indonesia? Pertama-tama, kita umat
Katolik Indonesia dipanggil untuk
berteguh hati melaksanakan tujuan Allah hadir di dunia, yaitu menciptakan
keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Kita bertanggungjawab mewujudkan
keluarga Allah yang damai, rukun, adil dan saling menerima dalam keberagaman.
Kita perlu membangun kesadaran bersama bahwa setiap makhluk ciptaan Allah
memiliki hak-hak dasar yang harus dihormati, hak hidup yang harus dilindungi,
dan hak-hak orang perorangan serta bersama yang harus dipenuhi dan diwujudkan.
Demikian pula, kita
diingatkan bahwa umat Katolik tidak hidup sendiri sebagai komunitas
tertutup di dunia ini. Gereja hidup berdampingan dengan komunitas-komunitas
lain. Perbedaan pandangan dan cara menjalani kehidupan, seringkali menimbulkan
gesekan-gesekan bahkan konflik antar kelompok, golongan, ras/suku dan agama, sehingga
hubungan antar umat dan antar warga menjadi kurang harmonis. Tidak sedikit
orang menguras habis alam demi meraup keuntungan. Hal itu menyebabkan hubungan
manusia dengan sesamanya dan dengan alam terganggu. Menjadi tugas kita bersama
untuk memperbaiki relasi yang rusak itu. Kita harus mengupayakan terwujudnya
bumi yang satu ini sebagai “rumah kita bersama”.

Sebagai warga bangsa
kita juga diingatkan untuk bijaksana dalam menyikapi bentuk-bentuk gangguan
sosial yang dapat mengancam persaudaraan, perdamaian, dan keamanan di Negara
kita. Berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di negeri kita,
membangkitkan kesadaran dan niat baik kita untuk bersikap bijaksana. Penutupan
dan pengrusakan rumah-rumah ibadah, termasuk yang mengakibatkan korban jiwa masih
terjadi akibat perilaku kekerasan sekelompok orang yang bertindak atas nama
agama. Di samping itu, kerusakan lingkungan terjadi, termasuk yang mengakibatkan musibah asap di berbagai wilayah Indonesia. Semua itu membuat
relasi antar umat manusia dan alam menjadi terganggu, bahkan sudah makin rusak.
Kita juga harus menjadi semakin bijaksana memperlakukan alam “Ibu Pertiwi” yang
darinya kita semua memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari. Kita dipanggil untuk
menegaskan kembali ketetapan hati kita untuk melindungi dan mempertahankan keutuhan ciptaan di tengah budaya serakah yang melahirkan kemiskinan, ketidak-adilan, radikalisme dan kerusakan lingkungan. Kita perlu mengembangkan hidup sederhana dan jujur di tengah pengaruh globalisasi keserakahan dan ketidakpedulian ini. Demikian pesan natal oleh Rm. Eli.
Para petugas lector merupakan representative dari hasil kompetisi lomba lector dan paduan suara. Misa dimulai tepat pukul 18.00 wita dan berhakhir pada pukul 19.45 wita. Umat yang hadir dalam misa sekitar 1200 orang. Menurut Bp Alves dan Bp Wayan Jono selaku coordinator pengatur dan keamanan umat kursi yang tersedia di aula maupun di tenda-tenda di halaman semuanya terisi penuh, bahkan masih banyak umat yang akhirnya harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar