(Kol. 3:15a)
Natal adalah perayaan
kelahiran Sang Juru Selamat dan Raja Damai. Perayaan ini mengajak kita untuk menyimak
kembali pesan utamanya. Karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia,
Allah telah mengutus Putra-Nya ke dunia (bdk. Yoh 3:16). Putra-Nya itu mengosongkan
diri sehabis-habisnya dan menjadi manusia seperti kita (bdk. Flp 2:7). Ia datang
untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan (bdk. Yoh 10:10). Ia, yang adalah
Raja Damai dan Imanuel, Allah-beserta-kita, datang untuk membawa damai
sejahtera kepada dunia, seperti yang diwartakan para malaikat kepada para
gembala,“Kemuliaan bagi Allah di tempat
yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya” (Luk 2:14).
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Sudah sepatutnya kita
semua berusaha menemukan makna dan relevansi perayaan Natal bagi kita umat
Kristiani dan bagi bangsa Indonesia. Perayaan Natal seharusnya menjadi momentum
indah bagi kita untuk menyadari kembali
tugas perutusan serta komitmen kita, sebagai elemen bangsa dan negara tercinta
ini. Kondisi dan situasi bangsa Indonesia saat ini merupakan tantangan
sekaligus panggilan bagi kita untuk merenungkan dan menarik secara lebih
seksama makna dari seruan Santo Paulus, "Hendaklah
damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah
dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah" (Kol 3:15a). Kata-kata Paulus ini seharusnya
mendorong kita untuk terus-menerus mengupayakan terwujudnya damai sejahtera,
karena hanya dengan demikian kita memahami makna sejati Natal.
Sebagai anak-anak Allah, sumber damai kita, kita
harus mewujudkan komitmen kristiani kita, yakni menjadi pembawa damai (bdk. Mt 5:9).
Cita-cita luhur bangsa
Indonesia, sebagaimana diungkapkan dalam Pembukaan UUD 1945, untuk menciptakan
persatuan, keadilan sosial dan damai sejahtera, bukan saja di antara kita, tetapi
juga di dunia, masih perlu kita perjuangkan terus bersama-sama. Sistem dan
mekanisme demokrasi masih perlu kita tata dan benahi terus agar mampu mewujudkan
secara efektif cita-cita bersama kita. Tentu saja hal ini tidaklah mudah.
Sebagai elemen bangsa,
yang adalah kawanan kecil, kita, umat Kristiani tidak mampu menyelesaikan semua
persoalan yang kita hadapi hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Inilah
saatnya bagi kita untuk membiarkan damai Kristus memerintah dalam hati. Damai
Kristus, yang memerintah dalam hati kita, merupakan kekuatan yang mempersatukan
dan merobohkan tembok pemisah, “Karena
Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang
telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” (Ef 2:14). Hanya dengan damai
Kristus yang menguasai hati kita, kita akan dimampukan untuk membuka diri,
merangkul dan menyambut sesama anak bangsa dan bersama mereka merajut kesatuan
dan melangkah bersama menuju masa depan yang semakin cerah.
Inspirasi dan kekuatan
spiritual yang mendorong kita untuk mewujudkan kesatuan dan untuk sungguh-sungguh melibatkan diri dalam pembangunan
bangsa dan negara Indonesia yang tercinta, kita timba dari kabar sukacita
Yesaya: “Sebab seorang anak telah lahir
untuk kita, seorang putra telah diberikan kepada kita; lambang pemerintahan ada
di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang
Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera
tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia
mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang
sampai selama-lamanya”(Yes 9:5-6).
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus
Ketika kita sendiri berusaha
memberikan kesaksian dalam usaha mewujudkan keadilan, kebenaran, damai
sejahtera dan persaudaraan, tentu kita patut mawas diri. Mungkin kita masih menutup diri dalam kenyamanan
hidup menggereja, sehingga lalai mewujudkan diri sebagai garam dan terang dunia.
Mungkin kita sendiri masih enggan mengulurkan tangan kasih dan persaudaraan
kepada sesama anak bangsa, terutama kepada mereka yang kecil dan terpinggirkan. Bukankah damai
sejahtera hanya dapat terwujud ketika kita berhasil mengalahkan kepentingan
diri demi kebaikan bersama? Bukankah Raja Damai yang lahir ke dunia menyadarkan
kita bagaimana Dia telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba,
dan menjadi sama dengan manusia (Fil 2:7)?
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus
Sebagai warga Kristiani,
kita sendiri ditantang untuk tak henti-hentinya mewujudkan damai
sejahtera, kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Karena itu, kita patut bersyukur
atas hasil kerja keras dari Komisi Gereja Lutheran dan Katolik untuk menggalang
persatuan. Selama 500 tahun, kita merajut kerukunan dan kehangatan persaudaraan
di antara kita dengan jatuh bangun. Dari Juru Selamat, yang adalah Jalan, Kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6),
kita belajar untuk merendahkan diri dan membuka diri satu sama lain. Dalam
semangat itulah, kita belajar mengulurkan kebaikan dan kasih kepada sesama.
Kita belajar saling mengampuni dan memaafkan. Jika ada kasih dan damai dalam
hati kita masing-masing, kita akan bersukacita dan dapat bersama-sama
mewujudkan komunitas ekumenis. Dengan bersatu sebagai umat Kristiani, kesaksian
kita tentang kerukunan dan persaudaraan kepada masyarakat majemuk di negeri ini
lebih berarti dan meyakinkan.
Selain rukun dengan
sesama, damai yang dibawa Sang Juru Selamat juga mengajak kita untuk berdamai
dengan segenap ciptaan. Saat ini ciptaan sedang menjerit karena segala
kerusakan yang telah kita timpakan padanya. Tanpa tanggungjawab kita
menggunakan dan menyalah-gunakan kekayaan yang ditanamkan Allah di dalamnya. Mewujudkan damai sejahtera dengan alam ciptaan
berarti bertanggungjawab memulihkan keutuhannya. Selain itu, kita wajib mewujudkan
keadilan dalam hidup bersama, karena alam merupakan sumber hidup yang
disediakan Tuhan bagi semua manusia, dan bahwa segala sesuatu bersatu dan
tertuju kepada Kristus sebagai kepala (Kol 1:15-22). Dengan demikian, masih ada banyak yang perlu kita
kerjakan untuk menciptakan kerukunan dan persaudaraan, sementara dilain pihak kita patut selalu bersyukur karena
karya besar Tuhan yang kita alami bersama.
Semoga perayaan Natal
mendorong dan menyemangati kita semua untuk belajar dan mengembangkan kemampuan
menerima perbedaan dan menyukurinya sebagai kekayaan kehidupan bersama kita di
negeri ini. Marilah kita menghidupi dan
mengembangkan damai sejahtera yang merupakan anugerah dari Allah, dengan jalan merangkul
sesama, merawat ciptaan serta memajukan kerukunan dan persaudaraan di antara
kita. Hanya dengan demikian, kita dapat memberi kesaksian
bahwa damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita. Selamat Natal, Tuhan
memberkati.
SELAMAT NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018
Jakarta, 22 November 2017
Atas nama
PERSEKUTUAN
GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA
Pdt.
Dr. Henriette T.H-Lebang Mgr.
Ignatius Suharyo
Ketua Umum Ketua
Pdt. Gomar Gultom Mgr. Antonius S. Bunjamin, OSC
Sekretaris Umum Sekretaris Jendral
Tidak ada komentar:
Posting Komentar